Pagi
ini kusambut mentari pagi. Kulangkahkan kaki menuju sekolah, meski tak
ada lagi yang mengantarku. Tak seperti dulu saat ayah di sisi ku Ia akan
menyambut pagi ini dengan bunyi klakson motornya yang berisik tanda ia
terlalu lama menunggu. Bunda akan melihatku dan mengantarku hingga di
depan pintu dengan senyuman hangatnya.
Yahh, tapi itu dulu, saat ayah ada di antara kami, kini tak ada lagi
senyuman hangat dari bunda, yang ada hanyalah muka letih karena terlalu
lelah bekerja, yang ada hanyalah kerut muka tanda bertambah usia.
Dulu aku berfikir betapa menyebalkan ayah dengan segala peraturan
yang dibuatnya, tapi kini aku merindukan segala tutur katanya, betapa
lembut belaian darinya, bahkan harum tubuhnya pun kini aku rindukan. Aku
menyadari betapa pentingnya ia di hidupku, kini pelita itu telah hilang
seolah pergi tanpa bayang. yang kucari tak lagi dapat kutemukan hanya
angan yang tersisa.
Saat kepergian ayah, kurasakan kehilangan yang luar biasa, hatiku
bergejolak, tapi kulihat Bunda ia seolah ingin melawan takdir, hatinya
begitu tersayat, raungan kepedihan begitu mendalam di hatinya, berkali
kali ia pingsan, menyebut nama ayah tanpa sadar.
Yah, lagi lagi itu dulu, kini aku bersama bunda memu
… baca selengkapnya di Meski Tanpa Ayah Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1