Aku berjalan di antara bebatuan ini. Bebatuan yang berfungsi menahan deburan ganasnya ombak yang bisa mengikis pantai. Angin laut berteriak ribut di telingaku seolah tidak menginginkanku datang ke wilayah khusus mereka. Tapi aku tidak memperdulikannya, aku tetap berjalan hingga ujung terjauh dari bebatuan ini. Sampai ke tempat mercusuar berada, begitu tiba aku duduk di bawahnya dan menatap jauh lautan biru.
Kegiatan itu sering kulakukan jika pikiran sedang suntuk, atau bisa juga karena perasaan yang tidak dapat kumengerti. Namun kali ini aku datang bukan karena kedua alasan tersebut. Aku datang karena sedang ingin merenung, memikirkan sesuatu yang bisa terjadi padaku kapan saja yaitu kematian. Ya, kematian. Sesuatu yang bisa datang kapan saja tanpa permisi atau pemberitahuan. Sesuatu yang pasti akan dialami oleh setiap insan bernyawa, dan sesuatu yang akan membuat sebagian dari kita merasakan kecemasan yang luar biasa karena tidak ingin mengalaminya. Tapi bagaimanapun kita menolak kematian, dia akan tetap mendatangi kita tanpa pandang bulu. Pertanyaannya adalah, apakah kita siap dan benar-benar ikhlas saat ke
… baca selengkapnya di Mati Dalam Angan (Part 1) Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
In 2025, Google Pixel 9a has emerged as the standout budget smartphone, delivering remarkable AI…
Apple’s MacBook Pro lineup has always been the gold standard for creative professionals, developers, and…
The internet has become the backbone of our daily lives, powering everything from work and…
In 2025, smartphones have become more powerful than ever, but one common frustration remains: slow…
The Samsung Galaxy S25 Ultra is finally here, and it’s already making waves in the…
Few things are as frustrating as picking up your phone, pressing the power button, and…